- 1. Menemukan kandidat sempurna adalah tantangan utama proses rekrutmen saat ini
- 2. Offering Letter (OL) tidak selamanya menyenangkan
- 3. Kesan pertama kandidat bukan pada jabatan tangan
- 4. Merekrut tidak akan cukup dengan hanya bergantung pada rekruter/tim HR internal semata
- 5. Proses rekrutmen yang terlalu panjang sudah menjadi masalah sejak awal
- 6. Strategi retension menjadi lebih penting dari sebelumnya
- 7. Budaya baru mengumpulkan Offering Letter
- 8. Kebiasaan menunggu talenta sempurna mulai menjadi bumerang bagi perusahaan
Tahun 2021 menjadi tahun yang unik. Menurut Anthony Klotz, seorang profesor studi manajemen Texas A&M, beliau memberikan pernyataan yang mengegerkan kepada Bloomberg Businessweek. Anthony mengatakan bahwa kita harus bersiap dengan situasi yang disebut “Era Pengunduran Diri” banyak karyawan, dimotori oleh kondisi frustasi dengan tantangan bekerja jarak jauh (remote work).
Melansir penelitian dari LinkedIn Job Seeker pada tahun 2021, di India, tercatat bahwa tiga dari empat kalangan profesional berniat untuk mengganti pekerjaan dalam waktu 12 bulan mendatang.
Meskipun ekonomi Indonesia diterpa dengan banyak kemalangan di tahun 2020, mulai dari penurunan produksi negara (GDP) 2,07%, Indonesia tetap diprediksi mengalami pemulihan pelan (slow recovery) di tahun 2021-2022. Ini berarti akan lebih banyak kesempatan kerja pada tahun ini!
Sebelum memahami tantangan dan masalah yang ada, kita perlu tahu satu hal bahwa pandemi Covid-19 semakin terkontrol dengan adanya vaksinasi warga secara agresif.
Mari kita lihat perspektif perusahaan dalam menghadapi tantangan di tahun 2021.
Apa saja tantangan dan masalah proses rekrutmen di tahun 2021?
Tantangan Rekrutmen dalam Perspektif Perusahaan
Baik dalam masa pandemi maupun tidak, rekrutmen selalu menjadi isu utama bagi setiap kalangan profesional HR. Rekrutmen menjadi prioritas utama di tahun 2021. Prioritas ini disebabkan karena tantangan unik yang ada, kesulitan memutuskan untuk melakukan perekrutan di tengah ketidakpastian dalam masa pandemi, termasuk arah kebijakan pemerintah yang terus berubah mengikuti pertumbuhan kasus penyebaran virus.
Perusahaan menjadi semakin mawas dengan memilih jenis branding apa yang digunakan di media daring, bagaimana melakukan implementasi rekrutmen dengan video interview, hingga menemukan alat seleksi yang seperti apa untuk menyesuaikan kebutuhan karyawan ketika bekerja jarak jauh.
Di dalam perekrutan, kesulitan untuk membuat karyawan nyaman bekerja secara fisik (Working From Office – WFO), serta mengatur rekrutmen virtual dan onboarding karyawan baru menjadi isu berat yang harus diemban, dan menariknya ini belum termasuk mengurus lonjakan aplikasi pelamar kerja akibat efek pandemi Covid-19.
Ini tantangan yang perusahaan hadapi di waktu mendatang:
1. Menemukan kandidat sempurna adalah tantangan utama proses rekrutmen saat ini
Obsesi berlebihan perusahaan untuk mendapatkan karyawan sempurna, dengan menempatkan kriteria pada skillset, faktor pendidikan, dan jumlah pengalaman pada standar tertentu menempatkan perusahaan dalam keadaan sulit. Dampaknya, perusahaan akan membuat lowongan kerja yang selamanya dalam keadaan lowong (kosong).
2. Offering Letter (OL) tidak selamanya menyenangkan
Setiap kalangan profesional selalu senang ketika ada perusahaan yang ingin menawarkan posisi kepada mereka, namun statistik menunjukkan bahwa ada penolakan OL hingga 50%! Beberapa perusahaan bahkan menaikkan kompensasi lebih dari standar pasar, namun tetap saja sulit untuk merekrut. Kompensasi berperan penting, dan karyawan tech yang paling diuntungkan dengan adanya fenomena ini. Kebutuhan unik, ketersediaan terbatas membuat para techies berada di level yang berbeda.
3. Kesan pertama kandidat bukan pada jabatan tangan
Merekrut secara virtual menjadi tren saat ini. Kandidat yang tidak mendapatkan rasa puas saat menjalani proses pengenalan dan wawancara mempersulit aktivitas rekrutmen. Perusahaan sudah wajib untuk memiliki panduan rekrutmen virtual, pertemuan daring yang sistematis, hingga ketersediaan video profil perusahaan untuk merebut hati kandidat.
4. Merekrut tidak akan cukup dengan hanya bergantung pada rekruter/tim HR internal semata
Keberhasilan rekrutmen juga harus didukung pada anggaran yang disediakan. Meskipun kondisi keuangan perusahaan selama pandemi belum baik, kandidat tetap saja akan memutuskan pindah kerja hanya bila mendapatkan pertambahan penghasilan, sekecil apapun selisihnya.
5. Proses rekrutmen yang terlalu panjang sudah menjadi masalah sejak awal
Sebenarnya, melakukan rekrutmen virtual terbukti memampukan perusahaan bertemu lebih banyak orang dibandingkan pertemuan tatap muka. Namun, perusahaan biasanya terjebak untuk mengadakan wawancara berulang kali, agar memastikan keputusan rekrutmen yang dilakukan sudah tepat. Tanpa sadar, hal ini mampu mengurungkan minat kandidat, terkesan pada ketidakpercayaan pada kualitas yang dimiliki.
6. Strategi retension menjadi lebih penting dari sebelumnya
Perusahaan bisa menahan karyawan yang dimiliki dengan menawarkan kenaikan penghasilan dan menambah benefit yang ada. Karyawan baik yang tertahan akan mengurangi ketersediaan talenta, dan mempertinggi kemungkinan counter-offer yang menawarkan kompensasi lebih besar secara merata.
7. Budaya baru mengumpulkan Offering Letter
Kandidat dahulu terbiasa hanya memutuskan penawaran kerja dari dua perusahaan berbeda. Namun, hari ini perusahaan akan menemukan kandidat yang mengoleksi Offering Letter, dan akhirnya mempersulit perusahaan mendapatkan kandidat dengan waktu yang cepat.
8. Kebiasaan menunggu talenta sempurna mulai menjadi bumerang bagi perusahaan
Beberapa pekerjaan yang hanya bisa diisi dengan pencari kerja pasif membuat banyak perusahaan menunggu kandidat yang diinginkan mendaftar. Ini akan semakin memperlambat proses rekrutmen, yang pada akhirnya kandidat yang hampir mendekati tidak mendapatkan feedback, dan akhirnya menjadi kehilangan minat untuk bergabung.
Pola rekrutmen akan selalu berubah, dan mengadopsi cara berpikir dan bertindak yang baru menjadi hal terpenting. Menyesuaikan proses rekrutmen akan memudahkan pencarian talenta dan menemukan talenta yang tepat akan selalu menjadi kunci pertumbuhan perusahaan.
Nah, tantangan dan masalah-masalah di atas dapat dengan mudah diatasi dengan menggunakan jasa headhunter Indonesia, MatchaTalent, melalui layanan khusus para employer. Platform rekrutmen kami sangat andal dan efisien dalam membantu perusahaan menemukan top talent untuk membangun tim yang mampu berkarya secara maksimal.
Kami memiliki sumber daya rekrutmen yang andal, yakni proses yang melibatkan tim perekrut yang berdedikasi dan berjumlah banyak, sumber rekrutmen berisikan top talent di database yang telah dikurasi, biaya rekrutmen cost per hire yang terjangkau, serta garansi 100 hari penggantian kandidat apabila kamu tidak puas.
Bersambung ke part 2.
Dilansir dari:
https://www.linkedin.com/pulse/recruitment-challenges-problems-faced-2021-shashank-vagale
https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-05-10/quit-your-job-how-to-resign-after-covid-pandemic
Foto oleh Tim Gouw dari Unsplash
[…] artikel sebelumnya mengenai Tantangan dan Masalah Rekrutmen 2021 – Part 1 dalam perspektif perusahaan, maka sudah sebaiknya kita mampu melihat dari sudut pandang seorang […]
[…] lagi munculnya tantangan dan masalah baru nan unik dalam perekrutan di Indonesia tahun 2021 ini. Oleh karena itu, headhunter diperlukan dalam proses rekrutmen yang ingin dilakukan oleh […]
[…] survey Hiretual, mencari kandidat yang dinginkan merupakan tantangan terbesar di paruh kedua tahun 2021. Namun berkat basis data yang selalu diperbarui, headhunter akan […]