Tantangan dan Masalah Rekrutmen 2021 – Part 2

Menyambung artikel sebelumnya mengenai Tantangan dan Masalah Rekrutmen 2021 – Part 1 dalam perspektif perusahaan, maka sudah sebaiknya kita mampu melihat dari sudut pandang seorang kandidat karyawan.

Mengulangi apa yang disampaikan Anthony Klotz, profesor studi manajemen Texas A&M bahwa “Era Pengunduran Diri” terbesar akan hadir bagi banyak karyawan secara global. Apa yang mendasari hal ini terjadi? Mari kita lihat perspektif pencari kerja di tahun 2021.

Apa saja tantangan dan masalah proses rekrutmen di tahun 2021?

Tantangan Rekrutmen dalam Perspektif Pencari Kerja

Pencari kerja hidup dalam ketidakpastian selama masa pandemi, diiringi ketakutan akan pembatasan (PSBB, PPKM, dll) yang dilakukan pemerintah mengikuti jumlah besaran kasus yang terjadi:

1. Ketidakpastian pandemi berdampak pada proses rekrutmen

Saat ini, semakin sedikit orang bersedia mendaftar pekerjaan dengan keterlibatan fisik yang banyak, seperti industri perhotelan, hiburan, manufaktur, dan layanan kesehatan. Pencari kerja memilih pekerjaan dengan resiko yang lebih rendah, khususnya yang menawarkan kesempatan Working From Home (WFH) secara permanen atau remote work.

2. Produktivitas dan performa kerja adalah segalanya dan ini dapat membebani karyawan

Pencari kerja yang memiliki performa standar (bahkan buruk) menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Perusahaan mulai mengutamakan karyawan dengan performa baik dan memecat yang tidak memiliki produktivitas.

Pencari kerja diuji dengan mengikuti aktivitas turunan dari tujuan besar perusahaan, bersaing bersama kandidat lainnya untuk menunjukkan performa masing-masing. Perusahaan terus mencari high performer, namun mereka tahu bahwa sangat sulit untuk menemukannya di masa pandemi saat ini.

3. Sulitnya menemukan pekerjaan yang mendukung work-life balance

Apapun istilah yang pernah kamu ketahui: Working From Home (WFH), Working From Anywhere (WFA), dan Workcation adalah suguhan menarik dari perusahaan saat ini. Beberapa sudah ada yang mengadopsi namun tidak sedikit yang berusaha menggabungkan bekerja di kantor dengan fitur tersebut.

Studi menunjukkan bahwa orang yang bekerja 8 jam per hari dari rumah memiliki performa 30% lebih rendah daripada yang tidak bekerja di rumah. Akhirnya banyak orang menghabiskan jam kerja lebih banyak untuk menyamakan performa tersebut. Perubahan jam kerja tetap menjadi jam kerja tidak menentu, atau bahkan bekerja sepanjang waktu, diiringi dengan keluarga yang masih ada dirumah (ketika kegiatan belajar mengajar di sekolah juga ditiadakan) akan membuat karyawan sulit mencapai kondisi work-life balance yang didambakan.

4. Tahap-tahap remote interview yang berlapis-lapis

Ketika proses rekrutmen berubah menjadi jarak jauh, maka perlu banyak dokumentasi dan rekaman mengenai proses wawancara bersama kandidat, bahkan ditambah tugas/ujian secara daring. Hal ini membutuhkan rangkaian proses wawancara yang lebih panjang dan melelahkan. Melamar pekerjaan jauh lebih mudah dibandingkan menjalani proses rangkaian wawancara.

5. Kesulitan memilih perusahaan dengan kompensasi terbaik

Selamat jika kamu saat ini berprofesi di industri teknologi, pastinya kamu punya skillset yang dicari oleh banyak perusahaan. Perusahaan pun berlomba-lomba untuk memberikan manfaat yang menggugah, seperti:

• Asuransi jiwa, rawat jalan, dan rawat inap untuk individu dan keluarga

Gadget baru mulai dari laptop, smartphone, berikut saldo pulsanya

Voucher makan dan belanja

• Kemungkinan bekerja dari rumah (WFH)

• Cuti melahirkan yang lebih panjang

• Kepemilikan saham

• Program sertifikasi dan pelatihan

• Bonus sign-on (bergabung), dan bonus performa

Nah, tantangannya adalah bagaimana menemukan instansi yang menyediakan semua itu?

6. Tersedia lebih banyak pekerjaan PKWT dibandingkan PKWTT (permanen)

Bagi kamu yang menyukai pekerjaan dengan kontrak PKWT (non-permanen atau sering disebut gig workers), tenang, akan banyak sekali pekerjaan menghampirimu. Tapi, bila ingin mencari pekerjaan dengan kontrak permanen, kamu perlu waktu lebih untuk mendapatkannya. Sebagai gig workers, kamu bisa punya banyak pilihan pekerjaan dalam satu kesempatan, namun harus merelakan penghasilan pasti dan status permanen seorang karyawan.


Jika kamu sendiri menemukan masalah-masalah di atas, recruitment agency Indonesia ternama, MatchaTalent, menyediakan banyak lowongan kerja paling update di sini. Platform lowongan kerja yang kami sediakan sangat bermanfaat bagi para pencari kerja untuk bekerja di perusahaan-perusahaan rekanan terbaik.

Kami memiliki sumber daya rekrutmen terbaik, terdiri dari proses rekrutmen yang hemat waktu, perusahaan rekanan bereputasi tinggi, dan juga sistem kurasi secara personal. Kamu tidak akan lagi merasa terabaikan sewaktu melamar pekerjaan dan akan selalu dapat membina hubungan baik dengan rekruter walau sudah diterima kerja hingga di kesempatan berikutnya.


Dilansir dari:

https://www.linkedin.com/pulse/recruitment-challenges-problems-faced-2021-shashank-vagale

https://m.economictimes.com/jobs/3-in-4-indian-professionals-will-actively-look-for-a-new-job-in-2021-linkedin-job-seeker-research/articleshow/80663388.cms?from=mdr

https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-05-10/quit-your-job-how-to-resign-after-covid-pandemic

Foto oleh Sora Shimazaki dari Pexels

LOOKING FOR JOB?

CURRENTLY HIRING?

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *