- Padahal, kebanyakan skill yang dibutuhkan belum tentu diajarkan (atau ada yang mengajarkannya) di luar industri tersebut.
- Namun, hanya karena kamu tidak memenuhi semua kualifikasi bukan berarti kamu tidak boleh melamar pekerjaan itu.
- Kamu perlu memilih dan melamar suatu posisi yang akan menantangmu bukan posisi yang dapat dengan mudah kamu kuasai.
- Satu faktor negatif yang mungkin mempengaruhi kandidat ketika melamar dengan membawa growth mindset adalah takut terkena sindrom peniru (imposter syndrom). Bahwa kandidat merasa tak pantas menerima posisi yang dia lamar ketika tidak semua kualifikasi dipenuhi.
- Kesimpulannya, kamu perlu memperlakukan lowongan pekerjaan sebagai seperangkat pedoman tentang apa yang diperlukan untuk menjalankan suatu posisi, bukan daftar persyaratan ketat yang harus dimiliki pelamar mana pun.
Sebagai seorang fresh graduate, mungkin kamu pernah bertanya, “Apakah saya perlu menguasai seluruh skill dan kriteria yang dibutuhkan sebelum melamar suatu pekerjaan?”
Jawabannya adalah tidak.
Alasannya sesederhana kenyataan bahwa apapun yang berkembang di industri sekarang ini lebih cepat daripada yang diajarkan di sekolah atau bahkan di perguruan tinggi manapun.
Lalu, apakah perlu untuk mempelajari skill baru setelah lulus kulliah? Ya, kamu bisa mencobanya, namun jangan sampai waktu untuk belajar (lagi) dipakai sepenuhnya hanya untuk belajar saja, ada baiknya jika kamu pun mencoba melamar pekerjaan sambil mempelajari dan mencari tahu skill apa saja yang harus dimiliki.
Padahal, kebanyakan skill yang dibutuhkan belum tentu diajarkan (atau ada yang mengajarkannya) di luar industri tersebut.
Hal terbaik yang dapat kamu lakukan adalah mempelajarinya selagi bekerja di sana.
Ironis memang, namun inilah kenyataannya.
Namun, hanya karena kamu tidak memenuhi semua kualifikasi bukan berarti kamu tidak boleh melamar pekerjaan itu.
Art Markman pernah berkata dalam bukunya, Bring Your Brain to Work, bahwa jika kamu benar-benar memenuhi semua syarat yang diperlukan untuk pekerjaan yang kamu lamar, kamu sebetulnya membidik terlalu rendah.
Perusahaan pun sebenarnya menginginkan banyak fresh graduate bertumbuh bersama perusahaan hingga betul-betul dapat mengisi dan menguasai skill yang diperlukan ketika mengisi suatu posisi.
Mereka ingin karyawan baru mengajukan banyak pertanyaan, mencari bimbingan, dan bahkan membuat beberapa kesalahan saat mereka hingga terbiasa dengan suatu posisi.
Kamu perlu memilih dan melamar suatu posisi yang akan menantangmu bukan posisi yang dapat dengan mudah kamu kuasai.
Ini penting karena dengan mindset yang dimulai sejak masa melamar pekerjaan dapat mempengaruhi keseluruhan performamu ketika bekerja, ini juga salah satu ciri dari growth mindset.
Sayangnya banyak orang yang salah menilai dan melihat ketika melamar sebuah posisi dalam suatu perusahaan. Perkiraan mereka adalah bahwa seluruh kuallifikasi yang diperlukan harus dipenuhi semuanya dan ketika diterima dengan mindset yang seperti itu (fixed mindset), kamu merasa overqualified dan juga menganggap tidak ada hal yang baru yang dapat dilakukan.
Satu faktor negatif yang mungkin mempengaruhi kandidat ketika melamar dengan membawa growth mindset adalah takut terkena sindrom peniru (imposter syndrom). Bahwa kandidat merasa tak pantas menerima posisi yang dia lamar ketika tidak semua kualifikasi dipenuhi.
Padahal, banyak sekali karyawan yang masih harus belajar hal baru ketika mulai bekerja, dan semua kemampuan dan prestasinya didapat ketika bekerja, bukan ketika masih melamar.
Penelitian yang dilakukan oleh Carol Dweck dan rekan-rekannya tentang konsep growth mindset, berpendapat bahwa cara terbaik untuk mempertahankan orientasi pikiran untuk terus belajar adalah dengan menganggap tugas-tugas sulit yang ditemui ketika bekerja disebabkan oleh kurangnya keterampilan (yang dapat dipelajari) daripada kurangnya bakat (yang tidak bisa didapat).
Kesimpulannya, kamu perlu memperlakukan lowongan pekerjaan sebagai seperangkat pedoman tentang apa yang diperlukan untuk menjalankan suatu posisi, bukan daftar persyaratan ketat yang harus dimiliki pelamar mana pun.
Memang penting, tentu saja, untuk memiliki setidaknya beberapa keterampilan yang dibutuhkan pekerjaan yang kamu lamar sejak awal. Tetapi tidak seorang pun boleh membatasi diri mereka hanya untuk melamar pekerjaan yang dirasa aman saja.
Dengan memanfaatkan informasi-informasi di atas, kamu tentu tak perlu takut lagi untuk melamar pekerjaan yang kamu inginkan.
Kunjungi laman khusus lowongan kerja kami di sini dan temukan pekerjaan yang kamu banget.
Mengapa perlu mengunjungi laman lowongan kerja MatchaTalent (jobs.matchatalent.com)?
- MatchaTalent menyediakan banyak lowongan kerja terkini dan ter-update
- Sumber lowongan kerja didapat langsung dari klien perusahaan yang menggunakan jasa MatchaTalent sebagai hiring partner mereka
- Tidak ada biaya sepeserpun yang akan dibebankan kepada para pencari kerja untuk melamar
- Kamu akan diwawancara oleh hiring partner/perekrut profesional kami dan dipersiapkan untuk wawancara langsung dengan HR perusahaan
- Kamu tidak hanya dididik dan dibantu dalam mempersiapkan resume dalam melamar pekerjaan yang ada sekarang namun juga akan secara terus menerus dibina oleh MatchaTalent untuk pekerjaan-pekerjaanmu selanjutnya
Your career is a lifetime project and MatchaTalent will always help you along the way.
Foto oleh Anna Shvets dari Pexels.
Apakah perlu mempelajari skill baru setelah lulus kuliah, dan bagaimana cara menyeimbangkan waktu antara belajar skill baru dan melamar pekerjaan?
Regard Telkom University